Dewasa ini, permasalahan yang dialami murid sangat berat dan beragam. Saya bahkan menemukan kasus yang sangat berat untuk ditanggung seorang anak umur belasan tahun. Saat menemukan kasus tersebut, saya menyadari bahwa kapasitas saya sebagai guru masih sangat dangkal. Karenanya saya mencoba menerapkan peran saya sebagai teladan dengan menunjukkan contoh bahwa sekeras apapun kehidupan, kita harus selalu kuat dan memiliki daya lenting yang tinggi. Segala permasalahan pasti ada solusinya. Mengajarkannya selalu optimis dan memilih jalan yang benar adalah hal yang bisa saya lalukan. Selain itu, setidaknya saya mencoba mendengarkan apa yang menjadi kegalauan mereka. Karena sayapun menemukan fakta bahwa, ada siswa yang hanya memerlukan pendengar yang baik.
Hal yang lebih jauh yang bisa saya lakukan adalah meminta bantuan dari orang yang lebih berkompeten. Rekan sejawat dan guru BK adalah orang yang biasanya saya mintai bantuan. Dengan demikian para murid yang bermasalah itu mendapatkan motivasi dan dukungan yang sangat ia butuhkan. Satu sisi, saya telah mecoba menjalankan Pratap triloka dalam pemikiran Ki Hadjar Dewantara. Sekaligus keputusan yang saya ambil setelah memikirkan dan mendiskusikan dengan rekan yang saya percayai.
Saya mencoba menempatkan apa yang siswa alami dengan pengalaman yang saya miliki. Ada Sebagian yang sama, dan pengalaman ini mengajarkan saya bahwa tetap menjadi baik adalah pilihan terbaik. Oleh karena itu, saya memikirkan keputusan yang terbaik bagi siswa, jika itu memerlukan bantuan orang lain maka saya akan memintanya. Karena saya memahami kapasitas diri saya sendiri. Hal yang selalu diajarkan dari saya kecil adalah bahwa kita selalu memerlukan bantuan orang lain, tetapi bukan bergantung.
Berbicara tentang bantuan dari orang lain, salah satunya adalah fasilitator dan pendamping dengan Teknik coachingnya. Hal ini sangat membantu, namun fakta di lapangan terkadang berbeda dan memerlukan kreativitas dari saya sendiri. Karena ada banyak hal yang mempengaruhinya. Namun, iya, materi coaching sangat membantu dalam mencari fakta-fakta yang relevan sebelum mengambil keputusan agar tepat.
Selain menggali permasalahan dengan baik, ada hal lain yang sangat berpengaruh delam pengambilan keputusan. Hal itu adalah kondisi emosi saya saat mengambil keputusan. Dari sebuah literatur dikatakan, jangan pernah mengambil keputusan dalam keadaan marah, lapar, dalam keadaan ada hajat yang mendesak, dan berbagai keadaan baik fisik maupun mental yang nantinya akan mempengaruhi keputusan yang diambil. Beberapa kali, saya merasa masih harus terus belajar mengendalikan emosi. Agar pengambilan keputusan yang saya ambil menjadi adil. Hal ini sangat tepat.
Pengambilan keputusan yang tepat pada suatu masalah ini pun harus melewati berbagai peninjauan, apakah masalah itu adalah dilemma etika atau bujukan moral. Hal ini sangat penting, karena berkaitan dengan etika moral dan aturan yang berlaku.
Adanya aturan yang berlaku akan menciptakan suasana yang kondusif, budaya yang positif dan nyaman bagi Pendidikan. Situasi yang nyaman ini akan membuat siswa menjadi merasa dihargai dan lebih bebas melakukan kreativitasnya. Dengan demikian, pembelajaran yang terjadi akan bermakna. Sehingga pada muaranya, maka siswa akan berkembang sesuai dengan kodratnya, seimbang lahir dan batinnya, dan akan menjadikannya insan Indonesia yang diinginkan. Yaitu pelajar dengan profil Pancasila.
Memang, untuk mewujudkan hal itu tidaklah mudah. Akan banyak tantangan dan hambatan yang akan ditemui dalam perjalanannya. Ada beberapa hal yang menjadi tantangan ketercapaian pelaksanaan pengambilan keputusan yang baik ini, diantaranya adalah tidak semua pendidik memiliki pemikiran yang sama. Pola pikir yang beragam ini kadang tidak bisa menerima bahwa keputusan dalam dilemma etika adalah benar lawan benar. Memang komunikasi yang baik akan bisa menjadi solusi, tatapi mengubah pola piker seseorang bukan hal yang mudah.
Belum lagi banyaknya factor lain seperti senioritas, kekeluargaan, rasa sungkan, kadang menjadi kendala utama pengambila keputusan yang sedikit ekstrim. Meski hal itu juga benar. Ya, masalahparadigma adalah hal yang mendasarinya. Dan sekali lagi, mengubah paradigma, mengubah pola piker adalah bagian tersulit dari sebuah perubahan. Karena tidak semua orang terbiasa dengan hal baru (diketahui), atau pola piker yang bebeda pula. Perbedaan ini akan dianggap aneh dan asing. Padahal terkadang justru karena ketidaktahuan.
Perubahan paradigma bahwa seorang pendidik senantiasa menjadikan murid sebagai tujuan akhir dari segala keputusan diartikan mengiyakan segala keinginan murid. Padahal keberpihakan bukan sedangkal itu. Keberpihakan pada murid adalah guru menjadikan murid sebagai landasan utama, pertimbangan dasar, dan hal yang mendasari segala Langkah yang diambil seorang guru. Mulai dari merencanakan, melaksanakan, hingga mengevaluasi KBM. Baik pada kegiatan intra, ko, maupun ekstrakurikuler. Dalam mengembangkan kompetensi pengetahuan, keterampilan, maupun karakternya. Ah, mudah dikatakan. Namun perlu perjuangan berat untuk diwujudkan. Perlu Kerjasama semua pihak, semua lini, dan keterbukaan semua. Namun lagi, sesuatu yang sulit, bukan berarti tidak mungkin. Karena garis akhir tidak akan dicapai jika kita tidak beranjak dari titik awal.